Sunday, March 13, 2011

Kegiatan : Workshop "Bergerak Bersama Sayangi Bumi Lewat Kegiatan Reading Aloud"


READ ME A BOOK!

“BERGERAK BERSAMA SAYANGI BUMI LEWAT KEGIATAN READING ALOUD”

Tanggal : 12 Maret 2011
Lokasi : Universitas Indonesia
Peserta : Guru-Guru SD Se-Jakarta


How Children Learn and How Children Learn From Reading Aloud Activity

Learning requires the active, constructive involvement of the learner” (Vosniadau).

Pembelajaran yang efektif melibatkan anak secara aktif dan konstruktif. Hindari kegiatan yang “menidurkan” siswa. Reading Aloud bukan berarti anak mendengar saja, Reading Aloud adalah kegiatan membaca interaktif. Aktifkan 5+1 indra siswa, yaitu: indra penglihatan, Indra pengecap, indra penciuman, indra peraba, dan indra perasaan (the sixth sense). Bagaimana caranya: Kegiatan membaca tidak berhenti pada titik (.) diakhir cerita. Buat kegiatan before, during dan after Reading Aloud. Diskusikan isi cerita dengan anak, dengarkan pemahaman mereka.

“Children learn is by internalizing the activities, habits, vocabulary and ideas of the members of the community in which they grow up” (Vygotsky).

Kegiatan Reading Aloud memberikan kesempatan pada anak untuk menginternalisasi pengalamannya: kegiatan mereka, kebiasaan, perbendaharaan kata dan memberikan pemahaman bahwa mereka adalah anggota masyarakat yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup alam sekitarnya. Reading Aloud yang efektif mampu memasuki pikiran bawah sadar pendengarnya. Pikiran bawah sadar berfungsi sebagai alat untuk memfilter data yang masuk dari luar yang dijaga oleh pikiran sadar kita. Pikiran bawah sadar cenderung dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu : minat, fokus, emosi, kepercayaan yang tinggi, etika, situasi dan kondisi, dan lain sebagainya. Misalnya ketika kita mempunyai minat dengan sesuatu otomatis dengan mudah kita dapat memfilter sesuatu tersebut cenderung lebih mudah untuk dimasukkan di pikiran bawah sadar. Ketika cerita dibacakan dengan efeketif dan menarik, anak akan secara tidak sadar menyerap semua informasi pesan yang ada dalam cerita dan terdorong untuk berbuat sesuai pesan cerita. Penting sekali memilih bahan bacaan yang memiliki pesan moral dan pengetahuan yang baik. Tema-tema pelestarian alam bisa di jadikan salah satu alternatif cerita.

“People learn best when they participate in activities that are perceived to be useful in real life and are culturally relevant”

Kita akan belajar dengan optimal ketika kita berpartisipasi dalam kegiatan yang kita pandang berguna bagi kehidupan kita sehari-hari dan relevan secara budaya. Indonesia adalah “Oral Community”. Kegiatan bercerita sudah menjadi kebiasaan turun temurun sejak dulu kala. Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik di Indonesia. Masing-masing kelompok memiliki cerita sendiri dan juga seni membacakan cerita yang unik (Bunanta, 2003). Bercerita (bisa dengan cara mendongeng, reading aloud, atau silent reading) adalah salah satu cara menyampaikan kejadian masa lampau, mengajarkan nilai2 sosial dan agama dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan juga adalah hiburan. Ikut sertakan anak dalam kegiatan membaca, jika mereka sudah bisa membaca, beri kesempatan mereka membacakan cerita untuk anda, adik dan kawan-kawanya. Jikalau mereka belum bisa membaca beri kesempatan mereka membolak-balikkan halaman, menunjuk gambar, mengeja nama tokoh cerita dan lainnya.

“Relating New Information to Prior Knowledge”

Hubungkan informasi yang mereka baru cerna (lewat bacaan) dengan pengalaman mereka sebelumnya. Slogan diatas bukan hal baru, tapi sayang biasa dijadikan basa-basi saja. Berbagai penelitian menunjukkan bagaimana efektifnya kegiatan menghubungkan informasi yg baru di terima dengan pengalaman sebelumnya pada kegiatan pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan menghubungkan pengalaman dengan informasi ini adalah penting sekali dalam proses pembelajaran. Sangat tidak mungkin orang dapat mengerti, mengingat atau belajar sesuatu yang benar-benar asing bagi mereka. Pengalaman atau pengetahuan tidak menjamin hasil pembelajaran optimal. Anak perlu mengaktivasi pengetahuan itu agar dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman dalam belajar. Penelitian menunjukkan anak tidak selalu dapat melihat hubungan dari pelajaran yang baru dengan pengalaman/pengetahuan terdahulu. Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran menjadi optimal ketika guru menaruh perhatian pada pengetahuan terdahulu siswanya. Narasi yang dibacakan atau di baca sendiri merupakan salah satu alat aktivasi dan internalisasi otak dalam menerima informasi baru dan menghubungkannya dengan pengalama/pengetahuan terdahulu. Membaca diyakini mampu melatih kemampuan berfikir kritis siswa. Keterampilan ini dibutuhkan siswa dalam menyikapi informasi baru dan proses penghubungan informasi tersebut dengan pengalaman/pengetahuan siswa.

Learning is Better when Material is Organized around General Principles and Explanations, rather than when it is based on the Memorization of Isolated Facts and Procedures.”

Riset menunjukkan ketika informasi di hapalkan secara superficial, informasi tersebut akan mudah terlupakan. Kebalikannya, ketika iformasi di pahami, maka informasi tersebut tidak akan mudah dilupakan dan dapat di transfer (informasinya) pada situasi lainnya. Dalam rangka memahami apa yang perlu siswa pelajari, siswa perlu diberi kesempatan untuk berfikir “apa yang mereka kerjakan, mendiskusikan dengan kawan atau gurunya untuk mengklarifikasi dan memahami bagaimana informasi tersebut dapat diterapkan pada situasi lainnya. Lewat kegiatan membaca siswa dapat dituntun untuk memahami isi dan pesan dari bahan pelajaran. Jika guru/orang tua ingin anak memahami pesan pentingnya pelestarian alam, mereka perlu dilatih memahami bacaan secara utuh, bukan sekedar mengingat detil-detil isi cerita. Mereka harus dilatih mampu memahami sub-bagian cerita dan saling menghubungkannya dan akhirnya paham secara utuh apa pesan dari cerita yang dibacakan. Keterampilan ini butuh latihan. Dengan melatih anak mendengarkan cerita secara rutin kita telah membantu siswa berfikir kritis memahami intisari sebuah cerita.

“Learning is critically influenced by learner motivation. Teachers can help students become more motivated learners by their behaviour and the statements they make.”

Kesuksesan Pembelajaran sangat ditentukan oleh Motivasi Pembelajar. Pengajar dapat membantu pembelajar untuk lebih memiliki termotivasi lewat pernyataan dan sikap mendukung siswa/anak. Anak yang memiliki motivasi tinggi mudah dikenali karena mereka memiliki hasrat yang besar untuk sukses mencapai tujuan dan mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencapai cita-citanya. Reading Aloud dapat digunakan oleh guru/ortu untuk memotivasi siswa sukses belajar dan juga bisa dijadikan untuk memotivasi siswa mencintai alam.


Para peserta saat menyiapkan alat pendukung presentasi.

Masing-masing tim mempresentasikan hasil kerja kelompok.

Supriyanto dan Maila Dinia Perwakilan Tim GERUTAS.

Terima kasih kepada para panitia Sekolah Non-Formal FEUI yang telah mengundang kami dari Tim Gerakan Guru Berkualitas ICMI.Kepada seluruh peserta workshop yang telah berperan aktif semoga ilmu yang didapat hari ini memberikan manfaat.

Thursday, March 3, 2011

Kegiatan : Workshop "Enjoying Reading Aloud"

ENJOYING READING ALOUD

TAMAN BACAAN MASYARAKAT PEJATEN VILLAGE, 3 MARET 2011

BY: MAILA DINIA (mailadiniahr@gmail.com)

Pengertian “READING ALOUD”

Secara harfiah “Reading Aloud” berarti membacakan dengan keras. Materi yang dibacakan bisa merupa cerita, fakta, berita, iklan ataupun bahan bacaan lainnya. Reading Aloud yang baik dilakukan sepenuh hati dengan memperhatikan ritme, irama, mimik, penekanan kata dan bahan bacaan yang tepat. Hal ini dimaksudkan agar pendengar tidak bosan dan dapat menangkap pesan dari bacaan dengan baik. Reading Aloud adalah metode pengajaran yang baik dan dapat diterapkan di berbagai bidang pelajaran, jadi bukan hanya pada pembelajaran bahasa saja. Reading Aloud juga bisa dilakukan di rumah, dan efektif untuk membangun keterikatan antar orang tua dan anak.

Fakta Mengenai Budaya Baca Di Indonesia

Membacakan buku buat anak, hal sepele yang memiliki dampak luar biasa pada perkembangan anak. Di era teknologi sekarang ini budaya membaca buku mulai tergerus, tergantikan dengan tontonan menarik di TV, Internet, Games dan lainnya.

Membacakan buku, memberikan kesempatan kepada anak kita untuk mengunjungi tempat yang tidak pernah dikunjungi sebelumnya, berjumpa dengan orang yang belum pernah bertemu sebelumnya dan sangat berguna untuk membangun pemahaman anak akan berbagai macam perasaan dan keadaan

Kita diciptakan oleh Tuhan berbekal dua mata, dua telinga dan satu mulut. Ini berarti manusia disuruh untuk banyak membaca dan mendengar, tapi sedikit berbicara.

Bahkan dalam Islam, ayat pertama yang diturunkan Allah pada Muhammad adalah “Iqra” yang berarti “Bacalah!”

Budaya membaca bangsa kita belum cukup baik bahkan cenderung menurun. Taufik Ismail dalam risetnya di tahun 2003 menyebutkan bahwa dahulu pada zaman Belanda siswa AMS (SMA) wajib membaca 25 buku sastra dunia yang terdiri atas empat bahasa yaitu Inggris, Belanda, Jerman dan Perancis, pada 3 tahun bersekolah...sekarang? 0 (nol)

Taufik Ismail menambahkan minat membaca siswa Indonesia yang 0 judul itu sangat jauh dari kewajiban siswa di beberapa negara: Singapura 6 judul, Brunei 7 judul, Rusia 12 judul, Kanada 13 judul, Jepang 15 judul, Swiss 15 judul, Jerman Barat 22 judul, Perancis 30 judul, Belanda 30 judul, dan AS 32 judul.

YUK BERINVENTASI 20 Menit SEHARI MEMBACA UNTUK PUTRA-PUTRI/ SISWA-SISWI KITA!

KEUTAMAAN “READING ALOUD”:

  • Wahana untuk menghabiskan waktu bersama di keluarga
  • Fun! Temukan sisi masa kecil anda dengan membaca buku buat si kecil/siswa
  • Bonding, membangun keterikatan emosional dengan anak/siswa
  • Kita bisa menunjukkan pada anak/siswa kita bahwa mereka adalah “PENTING” dan bahkan kitapun mengalokasikan waktu spesial untuk mereka...hanya untuk mereka
  • Menciptakan “PENCINTA BUKU”....anak/siswa belajar dari kita....kebiasaan kita membaca buku akan ditiru oleh mereka
  • Pembelajaran membaca secara “Natural”....bukan paksaan
  • Baik bagi perkembangan bahasa anak.
  • Membangun keterampilan mendengarkan dan melatih anak untuk berkonsentrasi
  • Membuat anak lebih percaya diri untuk mengekspresikan dirinya
  • Membangun rasa ingin tahu anak
  • Membangun kreativitas dan imajinasi anak
  • Memperluas cakrawala anak
  • Baik bagi perkembangan mental, moral, spiritual dan kognitif anak.
  • Pendidikan yang sesungguhnya (menyenangkan dan tidak penuh tekanan)
  • Melatih anak untuk mengapresi seni dan budaya

Masa 3 tahun pertama anak adalah sangat penting. Pada “golden ages” ini otak manusia berkembang hingga 90%. Bacakan buku anak sejak mereka dalam kandungan (terutama trisemester terakhir kehamilan) dan terus bacakan walau mereka sudah remaja. Jadikan kebiasaan bukan kewajiban.

Para peserta bersiap-siap melakukan senam muka yang bagus untuk pemanasan sebelum membacakan cerita.



4 peserta yang siap mencoba tehnik "Reading Aloud"

Para Peserta sangat antusias berlomba untuk menunjukkan kemampuannya.

Sang Pemenang pada hari ini, Ibu Syamsiah.


Terimakasih kepada seluruh pengurus Taman Bacaan Masyarakat Pejaten Village yang telah mengundang kami dari Tim Gerakan Guru Berkualitas ICMI.
Kepada seluruh peserta workshop yang telah berperan aktif semoga ilmu yang didapat hari ini bisa dipraktekkan di tempat kerja masing-masing.


Friday, October 15, 2010

Berita Koran : Pendidikan Karakter Sebaiknya Diterapkan Sejak Dini




Rabu 13 Oktober 2010 | 01:23

Pendidikan Karakter Sebaiknya Diterapkan Sejak Dini

Jakarta, Pelita
Maraknya prilaku remaja yang menyimpang dan ramainya tawuran menandakan moral bangsa Indonesia mulai menurun ditambah lagi melunturnya pengamalan pancasila dan UUD 45. Mengakibatkan bangsa ini dirundung permasalahan yang bertubi-tubi dan menggerakkan pemerintah untuk menggerakkan pendidikan berkarakter dan bermutu.

Asal mula pendidikan berkarakter dikatakan dan dicetuskan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada kabinet jilid II, kemudian disusul dengan pembahasan permasalahan tersebut di Kementerian Pendidikan Nasional, yang pada akhirnya di cari instrumen yang tepat bagi penerapannya.

Sebanyak 193 sekolah sekarang sudah menerapkan pendidikan berkarakter, kesimpulannya pendidikan berkarakter tidak memerlukan fasilitas yang mewah-mewah. Tapi memang betul dari 193 sekolah yang menerapkan semuanya bermula dari guru dan guru,kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh pada saat pembukaan Seminar Nasional Pra Muktamar V Ikatakan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) di Jakarta, Selasa (12/10).

Oleh sebab itu Mendiknas mengatakan betapa pentingnya seorang guru di dalam memberikan pendidikan berkarakter dan itu tidak hanya diberikan secara khusus, namun dikombinasikan pada setiap pembelajaran yang diterapkan di sekolah bahkan di dalam berprilaku keseharian guru itu sendiri.

Sedangkan
Prof Dr Husni Rahim dari Gerakan Guru Berkualitas (Gerutas) mengatakan pihaknya sudah mencoba memotret kondisi pendidikan yang ada di kabupaten/kota dan hasilnya kendalanya di guru dan murid dengan adanya dua aspek yang melemah yaitu mutu dan karakter.

Bayangkan saja dari sekian banyak guru hanya 20 persen guru yang layak mengajar, dan ini merupakan masalah besar jika tidak dibenahi, mengingat guru hal penting, jika guru diberikan beasiswa sudah berapa kepala murid yang ikut terangkat,jelas Husni yang di dalam seminar tersebut bertemakan Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Bermutu Berbasis Karakter.

Oleh sebab itu ICMI bekerjasama dengan guru tengah mengembangkan pendidikan karakter di sekolah-sekolah yang ada untuk menjadi model-model sekolah berpendidikan karakter. Dimana menurutnya membentuk siswa yang memiliki pendidikan karakter diperlukan waktu yang panjang dan penerapannya tidak hanya pada sekolah dasar, tapi juga pada sekolah menengah dan atas.

Di sisi lain Dewan Penasehat ICMI Dr Sulastomo mengatakan di dalam menerapkan pendidikan berkarakter, guru harus membekali siswa dengan sikap, prilaku dan nilai yang sesuai dengan falsafah berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila dan UUD 45.

Pendidikan karakter sebaiknya dimulai sejak dini, untuk itu Sulastomo yang juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Amal Abadi Muslim Pancasila mencontohkan pendidikan Taman Kanak-kanak di Amerika setiap masuk ke kelas selalu memulai pelajaran dengan menyanyikan lagu kebangsaan Amerika. Ini terlihat sejak dini Amerika membiasakan anak untuk cinta akan tanah air-nya.

Sehingga pentingnya penanaman rasa cinta tanah air sejak dini, selain itu pendidikan tidak hanya untuk menyiapkan dengan ilmu untuk masa depan, akan tetapi juga ditanamkan budi pekerti yang luhur, sikap bertoleransi serta nilai-nilai agama. Dimana semua itu terdapat di dalam Pancasila.

Dirjen Pendidikan Islam dari Departemen Agama Mohammad Ali mengatakan pembentukan karakter seseorang bermula dari sifat keturunan dan pengaruh dari luar yaitu pergaulan. Pendidikan karakter yang mendasar yaitu pendidikan agama, dimana pada UU tahun 2003 pendidikan agama itu wajib.

Dimana para guru dapat mengajarkan pendidikan agama yang mengarah pada pendidikan karakter. Saya memandang pendidikan karakter tidak hanya akhlak, sebab pendidikan karakter hanya sebagian kecil dari akhlak. Oleh sebab itu pendidikan karakter dapat disisipkan ke pendidikan akhlak,jelas Ali.

Di luar negeri pendidikan diarahkan tidak hanya untuk menjadi cerdas tapi juga mempunyai sifat-sifat yang baik dan menjadikan anak menjadi lebih baik lagi dan dituntut untuk berprilaku cerdas.

Adapun unsur pendidikan karakter yaitu pengetahuan kognitif, unsur sikap dan unsur dapat melihat kebutuhan orang lain dan menolong. Sedangkan enam pilar karakter yaitu jujur, menghargai orang lain, memiliki rasa tanggungjawab, adil, peduli pada orang lain dan memiliki tanggungjawab sebagai warga negara.

Prof Dr Mansyur Ramli Kepala Balitbang Depdiknas mengatakan pendidikan karakter diterapkan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), formal maupun non formal. Namun tidak hanya itu pendidikan karakter pun dapat dibentuk tidak hanya oleh guru tapi juga oleh pola asuh di rumah yaitu ayah dan ibu-nya.

Adapun rujukan pendidikan karakter dapat dilihat dari Undang-undang RI No.17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, kemudian UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Intruksi Presiden RI No.1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010.

Kemudian dilanjutkan adanya arahan Presiden RI dalam sidang kabinet terbatas bidang Kesra tanggal 18 Maret 2010, kemudian arahan Presiden RI pada Rakernas di Tampak Siring, Bali tanggal 19 s.d 20 April 2010 serta arahan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional di Istana negara tanggal 11 Mei 2010. (mth)

Thursday, November 5, 2009

GERUTAS PEDULI: Bazaar Peduli SUMBAR ke 2


Bazaar Peduli SUMBAR ke 2
jum'at - sabtu 6-7 november
jam 8 pagi -7 malam
menjual mulai dari pakaian,buku,dvd, makanan dan minuman segar.
harga mulai dari Rp 5.000


lokasi : Ruko prima ciputat blok a4-a5 jl otista raya sasak tinggi. ciputat

peta lokasi bisa di download di sini


Seluruh hasil penjualan akan disumbangkan melalui GERUTAS PEDULI.

Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu berjalannya acara Bazaar Peduli SUMBAR ini juga bagi seluruh pihak yang telah menyumbangkan barang-barang layak pakai untuk dijual kembali yang hasilnya akan disumbangkan kepada korban bencana di SUMBAR.