Friday, October 23, 2009

GERUTAS Peduli : Berita dari Pariaman


Gempa 7,6 SR yang terjadi pada tanggal 30 Oktober 2009 lalu di Sumatera Barat, dan hari berikutnya terjadi lagi di Jambi 7,3 SR. Meninggalkan dampak yang luar biasa, korban jiwa mencapai ribuan, dan 21.732 unit bangunan rusak, 1.929 diantaranya merupakan bangunan sekolah (setidaknya itu data yang diperoleh Satkorlak).

Mengingat cakupan area yang sangat luas dan medan geografis yang berbukit-bukit sehingga aksesnya tidaklah mudah, kami harus memprioritaskan dan membatasi area yang dapat kami bantu. Tim gerutas memutuskan untuk memilih Kabupaten Padang Pariaman mengingat daerah tersebut termasuk wilayah yang terparah, dan belum banyak mendapat banyak perhatian, setidaknya dari yang kami temui di lapangan. Hal lain yang cukup berbeda dengan kondisi korban gempa dan tsunami di Aceh kami temui disini. Bila di Aceh pengungsi terkonsentrasi di tenda-tenda pengungsian, sehingga dalam beberapa hal memudahkan dalam penanganan, disini korban bencana tidak tinggal di tenda-tenda pengungsian yang terkonsentrasi. Sebagian besar tinggal dengan peralatan seadanya di sekitar rumahnya masing-masing, membangun tenda, atau mencoba membangun rumahnya sendiri (sebuah spirit yang luar biasa). Hal ini disatu sisi juga menyebabkan lokasi penyebaran korban menjadi sangat luas.

Setelah berkoordinasi dengan Pemda setempat, dan lembaga-lembaga relawan lain yang juga ada disana. Kami memasuki Wilayah kabupaten Padang Pariaman, tepatnya di Kanagarian Champago. (tata struktur wilayah adat, mungkin setingkat kecamatan, namun wilayahnya lebih luas dari kotamadya Padang). Dan salah satu hal yang menarik disini tata struktur wilayah pemerintahan dan adat sama-sama berjalan.

Mengingat keterbatasan yang kami miliki, kami berkonsentrasi di salah satu kecamatan yaitu : kecamatan V Koto Kampung Dalam. Di kecamatan ini terdapat 30 SD, 4 SMP, dan 1 SMA. Jumlah siswa mencapai 4.976. Dengan kontur wilayah yang berbukit, untuk mencapai masing-masing sekolah

Kami diterima dengan baik disini. Ada semangat yang luar biasa yang patut kita pelajari dari masyarakat disini. Beberapa hari setelah gempa rata-rata sekolah sudah mulai dibuka. Para guru dan kepala sekolah berusaha tetap melakukan proses belajar-mengajar dengan kondisi yang seadanya. Namun masih banyak juga siswa yang belum masuk karena masih trauma dan kehilangan rumah maupun anggota keluarga.

Proses belajar-mengajar berusaha dilakukan seperti biasa, yang membedakan mungkin hanya sekarang mereka belajar di halaman sekolah, atau tanpa kursi dan meja (karena kursi dan meja rusak atau dibawa ke tenda pengungsi yang ada di halaman sekolah sebagai alas tidur), atau sebagaian masih tetap belajar di ruang-ruang yang masih bisa digunakan (walaupun ada sebenarnya menurut kami agak rawan kondisinya).

Bila Anda bertanya mengenai kondisi kepada guru maupun siswa mereka akan menjawab sederhana saja, semua sudah dilakukan seperti biasa. Namun bila kita amati akan terlihat tatapan-tatapan kosong dari siswa bahkan terkadang guru. Para guru berusaha menjalankan proses kegiatan belajar-mengajar (KBM) seperti semula. Mereka menyadari tanggung jawab mereka sebagai pendidik walaupun masing-masing harus menanggung kecamuk berbagai pikiran dan perasaan karena rumahnya tidak ada lagi, kehilangan anak, isteri, suami, orang tua, dll.

Setelah melalui proses mereka mulai terbuka akan kondisi dan kesulitan yang dihadapi. Dapat kami gambarkan secara singkat : sekolah-sekolah SD umumnya berada di pelosok atau desa-desa. Bangunannyapun berdekatan dengan rumah warga, atau ada yang bisa dikatakan di hutan. Ini yang mungkin yang menyebabkan bantuan seperti tenda, dll banyak yang belum sampai. Atau ada bantuan tenda namun tidak dapat digunakan, karena lokasi sekolah berada di ujung bukit, atau begitu rapat dengan rumah penduduk sehingga tidak ada ruang kosong. Perlengkapan KBM umumnya tidak ada lagi, ada yang rusak, bahkan ada yang hilang entah kemana.

Gambaran di atas adalah potret dari hal yang juga terjadi di lokasi-lokasi lainnya yang sempat kami kunjungi.

Saat ini tim Gerutas baru mendirikan sebuah Posko di kecamatan V Koto Kp.Dalam. Pada tahapan awal kami Posko digunakan sebagai pusat kegiatan untuk proses trauma healing dan psychosocial healing. Terutama bagi siswa yang masih berkeliaran dan belum mau masuk sekolah. Kami bekerja sama dengan sekolah-sekolah dan berusaha menberikan dampingan awal guru dan siswa.

Saat ini kami sudah mengkoordinir beberapa sekolah induk untuk nantinya menjadi pusat-pusat pelatihan bagi guru dari sekolah-sekolah tersebut agar setiap guru di masing-masing sekolah mampu juga memberikan proses pemulihan psikologis bagi dirinya dan siswa sehingga proses KBM dapat segera dilakukan secara efektif. Hal ini juga mengingat letak posko kami dengan sekolah-sekolah ini yang sangat tersebar karena konturnya yang berbukit-bukit sehingga harus dilalui dengan berjalan kaki.

Berikut terlampir beberapa foto yang sudah sempat terkirim dari lokasi.




Semoga upaya kita bersama memberi kontribusi berarti bagi pengembangan generasi kita ke depan menjadi lebih baik. Untuk suksesnya kegiatan sosial ini, GERUTAS menghimpun dana dari perorangan, perusahaan, lembaga, dan BUMN. Masyarakat yang tergerak untuk membantu dapat menyumbangkan tenaganya (menjadi sukarelawan pengumpulan dana atau sukarelawan guru dan konselor yang akan ditempatkan di daerah bencana) ataupun menyumbangkan material berupa uang, buku pelajaran, mainan anak, buku bacaan, alat tulis, alat sekolah (papan tulis, bangku, meja) dan lainnya.

salurkan bantuan anda untuk pendidikan mereka ke

rek Niaga, cab. WTCSerpong,08001 48639 113

rek Mandiri, cab. Ciputat ,1280005930760

rek BCA,cab.Pamulang,4731102184

a/n Supriyanto (Deputi Manajemen GERUTAS)



No comments:

Post a Comment