Friday, October 15, 2010

Berita Koran : Pendidikan Karakter Sebaiknya Diterapkan Sejak Dini




Rabu 13 Oktober 2010 | 01:23

Pendidikan Karakter Sebaiknya Diterapkan Sejak Dini

Jakarta, Pelita
Maraknya prilaku remaja yang menyimpang dan ramainya tawuran menandakan moral bangsa Indonesia mulai menurun ditambah lagi melunturnya pengamalan pancasila dan UUD 45. Mengakibatkan bangsa ini dirundung permasalahan yang bertubi-tubi dan menggerakkan pemerintah untuk menggerakkan pendidikan berkarakter dan bermutu.

Asal mula pendidikan berkarakter dikatakan dan dicetuskan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada kabinet jilid II, kemudian disusul dengan pembahasan permasalahan tersebut di Kementerian Pendidikan Nasional, yang pada akhirnya di cari instrumen yang tepat bagi penerapannya.

Sebanyak 193 sekolah sekarang sudah menerapkan pendidikan berkarakter, kesimpulannya pendidikan berkarakter tidak memerlukan fasilitas yang mewah-mewah. Tapi memang betul dari 193 sekolah yang menerapkan semuanya bermula dari guru dan guru,kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh pada saat pembukaan Seminar Nasional Pra Muktamar V Ikatakan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) di Jakarta, Selasa (12/10).

Oleh sebab itu Mendiknas mengatakan betapa pentingnya seorang guru di dalam memberikan pendidikan berkarakter dan itu tidak hanya diberikan secara khusus, namun dikombinasikan pada setiap pembelajaran yang diterapkan di sekolah bahkan di dalam berprilaku keseharian guru itu sendiri.

Sedangkan
Prof Dr Husni Rahim dari Gerakan Guru Berkualitas (Gerutas) mengatakan pihaknya sudah mencoba memotret kondisi pendidikan yang ada di kabupaten/kota dan hasilnya kendalanya di guru dan murid dengan adanya dua aspek yang melemah yaitu mutu dan karakter.

Bayangkan saja dari sekian banyak guru hanya 20 persen guru yang layak mengajar, dan ini merupakan masalah besar jika tidak dibenahi, mengingat guru hal penting, jika guru diberikan beasiswa sudah berapa kepala murid yang ikut terangkat,jelas Husni yang di dalam seminar tersebut bertemakan Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Bermutu Berbasis Karakter.

Oleh sebab itu ICMI bekerjasama dengan guru tengah mengembangkan pendidikan karakter di sekolah-sekolah yang ada untuk menjadi model-model sekolah berpendidikan karakter. Dimana menurutnya membentuk siswa yang memiliki pendidikan karakter diperlukan waktu yang panjang dan penerapannya tidak hanya pada sekolah dasar, tapi juga pada sekolah menengah dan atas.

Di sisi lain Dewan Penasehat ICMI Dr Sulastomo mengatakan di dalam menerapkan pendidikan berkarakter, guru harus membekali siswa dengan sikap, prilaku dan nilai yang sesuai dengan falsafah berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila dan UUD 45.

Pendidikan karakter sebaiknya dimulai sejak dini, untuk itu Sulastomo yang juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Amal Abadi Muslim Pancasila mencontohkan pendidikan Taman Kanak-kanak di Amerika setiap masuk ke kelas selalu memulai pelajaran dengan menyanyikan lagu kebangsaan Amerika. Ini terlihat sejak dini Amerika membiasakan anak untuk cinta akan tanah air-nya.

Sehingga pentingnya penanaman rasa cinta tanah air sejak dini, selain itu pendidikan tidak hanya untuk menyiapkan dengan ilmu untuk masa depan, akan tetapi juga ditanamkan budi pekerti yang luhur, sikap bertoleransi serta nilai-nilai agama. Dimana semua itu terdapat di dalam Pancasila.

Dirjen Pendidikan Islam dari Departemen Agama Mohammad Ali mengatakan pembentukan karakter seseorang bermula dari sifat keturunan dan pengaruh dari luar yaitu pergaulan. Pendidikan karakter yang mendasar yaitu pendidikan agama, dimana pada UU tahun 2003 pendidikan agama itu wajib.

Dimana para guru dapat mengajarkan pendidikan agama yang mengarah pada pendidikan karakter. Saya memandang pendidikan karakter tidak hanya akhlak, sebab pendidikan karakter hanya sebagian kecil dari akhlak. Oleh sebab itu pendidikan karakter dapat disisipkan ke pendidikan akhlak,jelas Ali.

Di luar negeri pendidikan diarahkan tidak hanya untuk menjadi cerdas tapi juga mempunyai sifat-sifat yang baik dan menjadikan anak menjadi lebih baik lagi dan dituntut untuk berprilaku cerdas.

Adapun unsur pendidikan karakter yaitu pengetahuan kognitif, unsur sikap dan unsur dapat melihat kebutuhan orang lain dan menolong. Sedangkan enam pilar karakter yaitu jujur, menghargai orang lain, memiliki rasa tanggungjawab, adil, peduli pada orang lain dan memiliki tanggungjawab sebagai warga negara.

Prof Dr Mansyur Ramli Kepala Balitbang Depdiknas mengatakan pendidikan karakter diterapkan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), formal maupun non formal. Namun tidak hanya itu pendidikan karakter pun dapat dibentuk tidak hanya oleh guru tapi juga oleh pola asuh di rumah yaitu ayah dan ibu-nya.

Adapun rujukan pendidikan karakter dapat dilihat dari Undang-undang RI No.17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, kemudian UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Intruksi Presiden RI No.1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010.

Kemudian dilanjutkan adanya arahan Presiden RI dalam sidang kabinet terbatas bidang Kesra tanggal 18 Maret 2010, kemudian arahan Presiden RI pada Rakernas di Tampak Siring, Bali tanggal 19 s.d 20 April 2010 serta arahan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional di Istana negara tanggal 11 Mei 2010. (mth)

No comments:

Post a Comment